Wanita itu Egois


Wanita, belahan jiwa seorang pria. Wanita adalah pelengkap hidup kita sebagai pria. Apalah jadinya Adam jika Allah tidak menciptakan Hawa? Kita (lelaki) butuh mereka. Kita butuh mereka. Sekali lagi saya tekankan, kita butuh mereka. Namun, tiada manusia yang sempurna di dunia ini, anda setuju? Wanita. Sebuah simbol kecantikan yang bisa menyesatkan atau meluruskan tergantung dari cara kita memandang wanita tersebut. Saat anda pandang pertama kali : Oh betapa cantik nan rupawan gadis itu teraamat beruntunglah aku jika mampu memilikinya Saat anda berkenalan dengannya : Wah baik ya dia, senyumnya ramah pintar pula, namanya pun indah Saat anda telah mengenalnya : Senangnya kenal dengan dia orangnya baik dan mau diajak jalan Saat anda baru pacaran dengannya : Oh hidup ini indah serasa hanya berdua yang lain ngekos Indah bukan? Tentunya bagi anda yang telah ataupun belum berpasangan bisa setuju dengan saya bahwa tahapan di atas itu indah. Saya tidak akan membahas mengenai kejombloan di sesi ini. Saya mau membuka mata anda banyak mengenai sisi gelap seorang wanita terutama ketika dia telah berpacaran. Saya bisa katakan ini tidak semata-mata mengarang saja, tapi ini terjadi di kehidupan percintaan saya baik yang diberi embel-embel pacaran maupun tidak. Sebelumnya saya katakan 3 kata seperti yang tertera di judul, Wanita itu egois. Wanita cenderung lebih mengedepankan dirinya sendiri atau anaknya setelah dia memiliki anak. Namun, sesungguhnya tidak pernah terbesit dalam pikirannya untuk mengagungkan seorang pria. Kita ambil contoh, seorang wanita menelpon seorang temannya berjam-jam lebih lama dibanding ketika menghubungi kekasihnya. Mengapa? Pertama, karena bagi wanita, sahabat adalah segalanya, pria masih banyak. There’s plenty of fish in the sea, that’s what they said, not us. Kedua, wanita cenderung menanamkan sebuah vonis di dirinya bahwa hanya pasangan yang dapat menyakiti bukan sahabat. Mereka bilang, “Lovers in not forever, friends forever.” No offense, tapi ini hanyalah sebuah sistem pertahanan dari wanita terhadap pria, terhadap ketakutan mereka akan sakit hati atau bahkan untuk dapat menyakiti pria. Mark my words, Wanita itu egois. Ada kecenderungan dari wanita, mereka senang mengatur, mereka senang mengetahui kegiatan kekasihnya, sementara dirinya ingin merasakan kebebasan dalam menentukan segala sesuatu. Tidak, ini bukanlah dosa Kartini dengan emansipasinya, ini adalah salah kaprah wanita akan yang dinamakan emansipasi. Emansipasi itu menerapkan kesetaraan, bahwa tidak ada derajat-derajat yang timpang antara wanita dan pria. Namun, jika wanita telah menginjak-nginjak pria, apakah itu masih bisa disebut emansipasi? Renungkan baik-baik. Anda pun mengerti maksud saya. Saya kenalkan satu kata bermakna, romantis. Saya yakin anda sudah tahu apa artinya dan sering melakukannya terutama ketika anda sangat mencintai seseorang (para pria pencari cinta pasti sangat mengenal ini). Saya yakin anda pasti pernah membeli setangkai bunga, anda simpan rapi di dalam tas anda dengan bunga tersebut di luar leher tas, sambil tersipu karena orang di angkot mungkin melihat. Saya juga yakin anda pernah menunggu di suatu tempat berjam-jam hanya karena anda tahu dia akan datang ke tempat itu, namun ternyata tidak. Saya juga sangat yakin bahwa anda pernah memegang coklat yang ingin anda berikan pada wanita yang anda suka, namun tidak jadi karena anda keburu malu. Sekarang saya tanya, pernahkan seorang gadis melakukan itu pada anda? Pernahkan mereka berlari sejauh 2km untuk mengejar angkot anda? Pernahkan mereka menjemput anda di rumah meskipun rumahnya jauh? Pernahkah mereka menulis ribuan puisi untuk seseorang yang tidak akan pernah membalas cinta mereka? Mungkin pernah, tapi saya yakin tidak banyak, dan tidak semua itu mereka pernah lakukan. Satu dua mungkin pernah. Kita adalah makhluk romantis, kita patut berbangga akan itu. Kita rela menerjang apapun di depan kita untuk seorang wanita. Cinta kita pada mereka sulit untuk habis. Pria itu sesungguhnya tidak pernah menduakan seorang wanita. Wanitalah yang membuat seorang pria menduakannya. Kita telah susah payah melakukan kegiatan romantis di atas, apa balasan mereka? Keegoisan, ketidakpekaan, keengganan untuk berbuat banyak untuk memenuhi keinginan pasangannya, dan lain-lain. Kita pantas mendapatkan service terbaik dari mereka, kita harus mendapatkan service terbaik dari mereka. Jika tidak, usaha kita selama ini sia-sia. Saya pernah punya seorang pasangan yang menuntut banyak pada saya, namun tidak mau memenuhi satupun permintaan saya. Saya tahu rasanya sakit, rasanya sakit menjadi tempat bersandar saat pasanganmu membutuhkan, namun dia tiada saat kau membutuhkannya. Dia di mana? Bersama temannya. Saya pernah punya pasangan yang malu mempunyai pacar seperti saya. Dia tak pernah mau memperlihatkan bahwa saya pacarnya di depan orang lain. Sebaliknya dia lebih mesra saat berdua dengan sahabat saya. Saya tahan, saya tidak mengeluh. Saya juga pernah dan saat ini pasangan saya adalah gadis yang sangat baik, ya dia masih lugu. Dia baik, sangat baik. Namun, dia tidak peka, dia juga keras kepala, dan egois. Jika kau ingin melakukan segala sesuatu dengan bebas tanpa ada larangan (Saya sebenarnya tidak pernah melarang), untuk apa kau punya pacar? Saya pernah berhubungan dengan seseorang yang menjadikan saya orang kedua. Sakit? Sakit sekali. Namun, saya tidak mengeluh dulu. Sekarang pun saya anggap angin lalu. Intinya, wanita itu pintar, jauh kelewat pintar. Mereka hanya akan ada saat mereka membutuhkanmu, saat mereka telah memiliki teman-temannya, itulah saat bagi anda untuk menjauh. Biarkanlah, biarkan dia berkreasi dengan teman-temannya. Itu watak mereka. Mereka telah menanamkan jiwa tersebut di dalam diri mereka. Pada akhirnya, seorang pria akan selalu berujung pada satu hal, mengalah. Mengalah tidak selalu baik ataupun buruk. Jika anda mengalah, tidak selalu berarti anda bukan pemenang. Ketika anda mengalah pada keegoisan seorang wanita, anda sesungguhnya telah memberikan dia kebahagiaan, namun di sisi lain anda membuka peluang bagi mereka untuk menindas anda. Jangan berikan peluang itu, anda lebih baik dari itu. Anda adalah makhluk romantis, makhluk yang siap melawan segala sesuatu yang menghadang di depan anda. Saya tidak mensugestikan diri anda untuk mengubah diri anda menjadi pria yang cuek, anda harus tetap menjadi diri anda sendiri. Mengalah pun pasti ada manfaatnya. Kelak suatu hari nanti anda pasti akan dibalas dengan kebaikan pada Yang Maha Kuasa. Sekali lagi saya katakan, Wanita itu egois, namun kita tak bisa hidup tanpa mereka.

0 Response to "Wanita itu Egois"